Motherhood · Traveling

Tips Anak Bayi Jalan-Jalan ke Bali!

Kebayang gak sih betapa ribetnya jalan-jalan ke luar kota, naik pesawat, bawa bayi berumur 10 bulan yang beratnya hampir 11kg dan udah makan tapi masih nanggung karena belum bisa makan makanan orang dewasa.

Awalnya aku sempat engga mau diajak jalan-jalan oleh suamiku yang sedang ada tugas kantor ke Bali. Karena aku bingung, gimana caranya aku siapin makan untuk anakku di sana. Karena setauku, anak di bawah 1 tahun belum boleh makan dengan gula dan garam. Selain itu, tekstur makan anakku juga masih dicincang. Belum lagi, karena suamiku ada acara kantor, aku pulang hanya berdua dengan anakku.

Aduh, tapi menggiurkan banget tawaran suamiku itu.

Akhirnya aku mikir, kayanya walaupun nanti ribet, aku engga akan nyesal jalan-jalan bareng anak dan suamiku, karena pasti nanti jadi kenangan yang manis dan keribetannya malah akan dikangenin.

Untuk memuluskan jalan-jalan kali ini, aku berusaha untuk mempersiapkan segala-galanya dengan baik, yuk disimak apa saja yang aku persiapkan sebelum keberangkatan ke Bali!

1. Memilih Penerbangan

Rumahku posisinya emang jauh dari Bandara Internasional Soekarno Hatta. Kalau gak macet aja, naik mobil, bisa makan waktu sampai 1 jam. Itu tanpa macet loh.. Kalau macet, haduh engga tau deh berapa lama!

Maka dari itu, aku sama sekali engga ngelirik penerbangan dari SHIA walaupun harganya murah, karena ongkos ke sananya sendiri lumayan mahal. Untungnya sekarang Bandara Halim Perdana Kusuma sudah melayani penerbangan domestik. Yeay! (halah norak, udah lama sih, hehe). Tapi aku seneng banget semenjak ada penerbangan dari Halim ini. Karena lokasinya gak jauh dari rumah aku, palingan 20-30 menit juga udah sampe.

Aku sendiri, hampir sama seperti ibu-ibu lainnya yang membawa bayi naik pesawat, mempunyai kekhawatiran kalau anakku akan rewel di pesawat karena berbagai hal. Mungkin karena tekanan, sempit, atau lainnya. Namanya juga anak bayi :D. Untuk meminimalisir itu terjadi, berikut beberapa hal yang aku lakukan:

– Menyesuaikan jam tidur anak dengan jam terbang

Atau bisa juga sebaliknya. Pokoknya gak usah kebanyakan teori, tapi aku usahakan sebelum waktunya terbang, anakku main ajah. Jadi pas waktunya terbang di dalam pesawat, dia bobo.

photo_2018-03-04_17-21-34

Untungnya di ruang tunggu Bandara Halim Perdana Kusuma ada tempat untuk anak bermain. Jadi sambil menunggu keberangkatan, aku ajak anakku main dan merangkak di sana.

– Menyusui anak ketika akan lepas landas

Soalnya ini momen krusial terkait dengan perubahan tekanan yang akan menimbulkan perasaan tidak nyaman di dalam telinga. Jadi untuk meminimalisir hal ini akan membuat anak rewel, aku susui saja, Karena dia melakukan gerakan menelan, maka seperti yang kita bisa rasakan juga, rasa kurang nyaman itu akan hilang.

Daaannn.. Alhamdulillah, hampir sepanjang penerbangan anakku tidur dan bangun sekitar 20 menit sebelum mendarat tanpa rewel.

Tapi bagaimana kalau pesawatnya delay? Wah ini terjadi sama aku waktu penerbangan balik dari Denpasar ke Jakarta. Kalau gak salah waktu itu delaynya sampai 1,5 jam dan anakku udah menunjukkan tanda-tanda ngantuk banget! Yah, aku engga tega kalau aku paksain dia bangun sampai 1,5 jam kemudian. Jadi kupikir yaudah whatever will be, will be deh! Mana aku cuma berdua, karena suamiku masih ada tugas di Bali. Jadi aku cuma berdoa aja semoga anakku nanti engga rewel.

Alhamdulillah, anakku engga rewel! Yeay, walaupun ribet juga yah ternyata di dalam pesawat, soalnya pramugaranya pakai segala minta boarding pas aku pas aku udah duduk dan anakku udah bobo. Aku bukannya engga mau ngasih, tapi susah ngambilnya dengan posisi anak yang lagi bobo di dada aku. Maap loh ya Bang..

2. Sewa Peralatan Bayi

Peralatan bayi aku engga terlalu lengkap dan kalaupun ada, rasanya engga cocok untuk dibawa jalan-jalan. Seperti stroller yang aku punya, kayanya kurang nyaman untuk diduduki anakku untuk waktu yang lama, ketika nunggu pesawat ataupun ketika berjalan-jalan nanti.

Begitu juga dengang gendongan. Karena aku jarang jalan-jalan di Jakarta, gendongan yang aku punya gak memadai untuk jalan-jalan. Karena modelnya gendongan kaos gitu.

Akhirnya aku memutuskan untuk mencari tempat sewa peralatan bayi yang bisa antar barangnya ke kantor aku dengan Gojek. Setelah searching-searching, akhirnya aku menemukan satu website penyewaan yang kantornya engga jauh dari kantor aku (kasian abang Gojeknya kalo nganter kejauhan). Ini websitenya -> https://sewaperalatanbayi.com/

20180201_215047.jpg

Untuk persyaratan sewa sendiri gak terlalu susah, cuma sediakan KTP, follow Instagram, dan kalau mau barangnya dikirim ke kantor seperti aku, harus menyediakan name tag kantor atau email dari alamat email yang berdomain kantor kita.

20180203_163512

Aku menyewa 2 barang di sini, yaitu: Stroller dan Gendongan Ergo Baby. Sejauh ini, dua hal itu gak penting-penting amat aku punya di dunia nyata (lah?). Hehe, maksudnya kalo lagi engga jalan-jalan, tapi penting banget dibawa kalau lagi jalan-jalan jauh kaya gitu. 2 barang tersebut sangat sangat membantu saat jalan-jalan!

Apalagi saat di bandara dan nunggu pesawat, aku butuh stroller dan gendongan yang enak karena kadang bayi suka bosan duduk di stroller. Belum lagi dari Gate ke pesawat, terkadang kita mesti jalan atau naik bis lagi, rasanya gak mungkin aku kuat gendong anakku selama itu.

3. Mencari Catering Khusus Bayi

Untuk yang ini opsional sih, aku sendiri emang cari-cari catering untuk bayi sebelum berangkat, tapi akhirnya aku engga memilih catering manapun. Tadinya aku pikir aku mau bawa slow cooker dari rumah, tapi setelah aku pertimbangkan lagi, aku jadinya engga bawa peralatan masak apapun untuk anakku pas jalan-jalan. Kalau kalian mau cari catering bayi, cari aja di Instagram, banyak kok! Coba cari dengan #cateringbayi(kota)

Kalau di dunia nyata, aku selalu berusaha kasih anakku makanan rumahan yang menu 4 bintang gitu deh. Tsailahh hehe.. Tapi aku engga maksa banget sampe anakku sama sekali ga boleh makan makanan instan. Jadi yaudah aku beli beberapa makanan instan untuk jaga-jaga, seperti SUN rasa alpukat, oatmeal bayi dan biskuit-biskuit bayi.

Selebihnya, aku akan beli aja di hotel makanannya dengan special request gitu. Eh ternyata, aku engga perlu special request, soalnya udah tersedia ketika sarapan. Jadi yang aku persiapkan untuk makan anakku hanya:

– Tupperware untuk cemilan kering

– Lock and Lock untuk bubur

– Beberapa plastik untuk bungkus tupperware dan lock and lock untuk jaga-jaga kalau bocor

– Sendok

Selebihnya, aku ambil bubur nasi ketika sarapan (aku cobain dulu digaremin atau engga, kayanya sih engga soalnya hambar banget). Terus aku bungkus ke 1 lock and lock. Sementara lauknya, aku minta hotel masakin telur atau aku ambil telur rebusnya.

Selain itu aku juga ambil ayam suwir untuk bubur yang biasanya disediakan di hotel. Untuk protein nabatinya, hotel tempat aku menginap juga menyediakan tahu kecil untuk sarapan (sebenarnya untuk miso soup) jadi aku juga bungkus itu.

Nah, untuk seratnya sendiri, ada wortel rebus, buah dan lain-lain. Beres deh pokoknya tanpa ribet! ๐Ÿ˜€

4. Memilih Hotel

Ketika aku masih belum punya anak sih, hotel mana aja hayu, soalnya kan pengen jalan-jalan dan hotel cuma buat tempat tidur aja. Tapi karena sekarang aku bawa bayi pitik bulet berat, aku dan suamiku memutuskan untuk jalan-jalan santai aja, nginep di hotel yang enak terus yaudah engga usah keluyuran jauh-jauh. Jadi tentu aja aku nyari hotel yang baby friendly ๐Ÿ™‚ (punya high chair di restoran paling penting! Jangan salah, ada loh hotel yang engga punya high chair hikss)

Karena judulnya Bali, engga afdhol banget kalo ga kena pasir pantai kannn. Jadi yaudah, aku memutuskan untuk tinggal di hotel yang punya pantai sendiri. Dan pilihanku jatuh ke Hotel Hilton Nusa Dua Bali. Aku pilih di sini soalnya aku dulu pernah nginap di sini dan seneng banget. Dulu namanya bukan Hilton tapi Grand Nikko Bali. Kayanya beberapa waktu lalu dia diakuisisi sama Hilton.

20180202_163413.jpg
Lumayan buat diembat, dapetnya Peter Thomas Roth

Ini hotel unik banget karena terletak di tebing gitu. Resepsionisnya terletak di lantai atas, sementara kalau kita mau ke pantai, mesti turun kalo salah sih 11 lantai gitu, lupa. Private Beachnya juga cukup panjang kalo dibandingin dengan tetangganya yang masih dibangun (Kempinski kalo ga salah, pantainya cuma seuprit terus parahnya dipakein pemecah ombak gitu)

20180202_163441.jpg
Yang ada garis batu di laut itu pemecah ombak punya Hotel Kempinski Bali

dan yang paling pentiiing… harganya masih masuk akal dibandingin hotel tetangga seperti St. Regis dan Mulia Resort. Mungkin karena ini hotel tua, sementara yang lain masih gres cling baru!

Oh ya, selain itu, kolam renang di hotel ini juga cukup luas dan dia punya perosotan sendiri. Jangan banyangin perosotan kaya di TK gitu ya, perosotannya kaya yang muter-muter terus ada tabungnya gitu deh! Terus ada kolam renang yang berpura-pura menjadi pantai karena ada pasirnya (iyak, kolam renang ada pasirnya) untuk orang tua yang gak berani ngasi anaknya main-main di pantai, bisa main di kolam pasir itu.

Intinya sih, kalo jalan-jalan sama bayi jangan memaksakan hasrat jalan-jalan yang sama waktu masih lajang atau belum punya anak dulu. Karena sekarang ada bayi yang fisik dan kebiasaannya gak sama kaya orang dewasa, seperti mereka butuh bobo siang 2-3 jam sekali :D. Buatku sih, jalan-jalan sama bayi, ribet sedikit, tapi lebih banyak bahagianya.

Sampai ketemu di postinganku selanjutnya ๐Ÿ™‚

Tinggalkan komentar